Sabtu, 18 Februari 2012

Lumix Fun Photo Trip-Goes to Magelang






          Ini kali ke-2, saya mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Majalah Tamasya yang sponsor utamanya adalah Lumix-Panasonic.

        Kali ini tujuannya adalah mengunjungi Magelang-Jawa Tengah, Acara utamanya adalah hunting foto Sunset di Candi Borobudur, Sunrise di Punthuk Setumbu, mengunjungi beberapa Pengrajin. 
Perjalanan dimulai di hari Jumat tanggal 14 Oktober 2011 berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta. Senangnya karena saya akhirnya dapat bertemu lagi dengan beberapa teman dari trip sebelumnya ke Lombok.

       Kota Magelang  adalah salah satu kota di  propinsi Jawa Tengah. Letaknya 43 km sebelah utara Yogyakarta. Magelang Dikelilingi oleh gunung-gunung dan bukit seperti: Sindoro, Sumbing, Perahu, Telomoyo, Merbabu, Merapi, Andong dan Menoreh, serta terdapat sebuah bukit kecil "Gunung Tidar" di jantung kota dengan ketingggian kira-kira 500 m dari permukaan laut, menyebabkan Magelang beriklim sejuk. Dua buah sungai, Progo dan Elo membatasi wilayah ini di sebelah barat dan timur.

 

Tempat Menginap
     Kami menginap di Hotel Puri Asri,  Hotel Bintang 4 yang beralamat di Jalan Cempaka No.9 Magelang, Telepon 0293-365115

    Hotel ini cukup luas, saking luasnya jarak antara kamar kami menuju Lobby, Ruang Makan, Kolam Renang sangat jauh dan memerlukan kendaraan feeder. Sehingga karena tempatnya yang berjauhan menyebabkan kami kurang menikmati fasilitas yang ada. Padahal menurut informasi dari beberapa rekan yang pernah menginap, hotel ini memiliki view yang bagus untuk spot hunting foto, apalagi hotel ini juga dilalui oleh sungai progo.




Kamar yang saya tempati dengan teman saya sebenarnya (seharusnya) cukup bagus tapi ternyata ada masalah dengan AC-nya yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga menyebabkan kami agak sedikit kepanasan di dalamnya, malah lebih sejuk ketika pintu dibuka karena memang Magelang sebenarnya kota yang cukup sejuk.




Kamar mandi dilengkapi dengan Bathtub dan shower. Lumayan bersih, tapi sayangnya Bathtub tidak berfungsi dengan baik karena ketika dipakai untuk berendam, saat air akan dibuang, pembuangannya tidak berfungsi dengan baik. 

Overall, saya kurang merasa nyaman dengan hotel bintang 4 ini....sorry to say.


Selama 3 Hari 2 Malam di Magelang, banyak tempat yang kami kunjungi.

WIHARA HOK AN KIONG
    
Wihara ini terletak di Desa Muntilan, dibangun pada tanggal 11 Mei 1929. Letaknya di dalam kota Muntilan, searah dengan jalan menuju Candi Borobudur, adanya di sebelah kanan jalan..

 Keramahan terpancar dari pengurus wihara, tidak hanya pemeluk agama Budha saja yang boleh masuk tapi semua boleh asal mengikuti tata krama/aturan wihara.
Untuk pencinta fotografi banyak hal yang bisa difoto untuk diabadikan, mulai dari gedung wihara itu sendiri sampai dengan detail kecilnya.





CANDI BOROBUDUR
Borobudur adalah candi Budha terbesar di abad ke-9 yang berukuran 123 x 123 meter.  Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja keturunan Wangsa Syailendra.

Nama Borobudur, menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), tapi ada juga yang mengartikannya  Biara yang terletak di tempat tinggi.

Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka. Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatu, melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.

Begitu banyak relief, arca, stupa yang bisa kita ambil sebagai objek foto. Ini sekian kalinya saya berkunjung ke candi ini dan setiap kali datang tidak pernah habis decak kagum saya pada candi ini. Pertama kali berkunjung adalah sekitar tahun 1987 saat masih duduk di bangku SMP....."LUAR BIASA MEGAH dan BESAR!!!" pantas jika saat itu dan seharusnya sampai dengan saat ini Candi tersebut masuk dalam 7 Keajaiban Dunia. Saya jadi ingat 1 lagu yang menggambarkan candi ini, kalau tidak salah dinyanyikan oleh Nola Tilaar ft.Euis Darliah, judulnya BOROBUDUR.

Kali ini kedatangan saya dan rombongan trip Lumix adalah untuk hunting foto SUNSET, moment yang sudah saya tunggu selama ini. karena beberapa kali datang selalu di waktu siang/sore hari dan kembali saya begitu Takjub atas Anugerah Yang Maha Pencipta yang memberikan pemandangan yang luar biasa indah dan damainya.





BUKIT PUNTHUK SETUMBU

     Bukit ini berada di Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dari bukit ini kami akan hunting foto sunrise dengan latar candi borobudur di kejauhan. Kami berangkat dari hotel sekitar pukul 03.30WIB dan tiba di desa tersebut pukul 04.30WIB, pas pada saat azan shubuh berkumandang.
     Dari tempat kami parkir mobil menuju tempat tersebut dibutuhkan waktu +/- 15-20 menit untuk orang yang memiliki stamina fit atau yang sudah sering ke sini. Tapi untuk saya yang jarang olahraga, 30 menit penuh dengan perjuangan karena jalan untuk menuju ke sana menanjak dan lumayan gelap, apalagi ditambah cerita dari peserta yang pernah berkunjung ke sana dimana ybs menyangsikan kesanggupan saya untuk mencapai tempat itu.
     Tapi hasrat untuk menyaksikan Sunrise dan Pembuktian bahwa saya pasti bisa mencapai Punthuk Setumbu memotivasi saya untuk tetap bersemangat meskipun untuk menuju ke sana saya harus terengah-engah. Tapi setelah itu Alhamdulillah dan Subhanallah, Saya berhasil dan Terpukau kembali dengan moment munculnya sunrise dari bukit tersebut meskipun tidak 100% sempurna karena cuaca sedang mendung tapi tetap saya bersyukur bisa menikmati pemandangan yang terhampar di depan sana dengan candi borobudur sebagai titik perhatian.


CANDI MENDUT
Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Budha. Candi ini terletak di desa Mendut, beberapa kilometer dari candi Borobudur. Candi ini didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.

Di dalam induk candi terdapat 3 Arca Dewa Utama yang menggambarkan tujuan didirikannya candi ini, yaitu Arca Vairocana (Membebaskan diri dari karma badan), Arca Avalokitesvara (Karma ucapan) dan Arca Vajrapani (Karma pikiran)

Candi ini sering dipergunakan oleh umat Budha untuk merayakan upacara Waisak.



CANDI PAWON

Letak Candi Pawon ini berada di antara candi Mendut dan Candi Borobudur. Candi ini merupakan sebuah candi Budha. 
"Topeng" adalah salah satu souvenir yang ditawarkan

Pengunjung candi ini tidak sebanyak seperti di candi Mendut atau Borobudur. Toko souvenir pun hanya ada beberapa saja.








Where to Buy Souvenir or Special Foods in Magelang?


Untuk yang mau beli kaos-kaos distro, kerajinan tangan, perhiasan, atau pernak-pernik lucu sekaligus mau mendapatkan suasana toko yang unik dan kreatif, datanglah ke ROEMAH PELANTJONG yang punya motto "Everything slow is here!". Kaos-kaosnya punya ragam gambar yang lucu-lucu. Puas banget deh di sini, selain belanja kita bisa puas foto-foto interior di toko ini.
"Dinosaurus" siap menyambut anda di depan toko

Souvenirs you can buy
    
     ROEMAH PELANTJONG
     Jl.Magelang km.8 No.89
     Sendangngadi, Mlati Sleman
     Yogyakarta


Bagi yang mau cari oleh-oleh berupa makanan khas jawa tengah maupun jogja, dapat mengunjungi toko yang terletak di jalan Sudirman, namanya Istana Oleh-Oleh Endang Jaya.
Banyak ragam makanan yang ditawarkan, ada Bakpia, Getuk, Wajik dan lain-lain. Untuk wajik, guide kami menyarankan untuk mencoba Wajik Week.

Istana Oleh-Oleh Endang Jaya
Jendral Sudirman no. 299 
Magelang, Jawa Tengah





Lumix Fun Photo Trip-Goes to LOMBOK




Untuk pertama kalinya saya ikut di acara jalan-jalan dimana pada awalnya saya tidak kenal satu pun dari peserta. Acara diselenggarakan oleh majalah :Tamasya" yang bekerjasama dengan Lumix-Panasonic. Tapi ke-tidak kenalan dengan peserta lain hanya berlaku sebentar saja karena belum lagi pesawat Garuda yang akan membawa kami ke P.Lombok takeoff, saya sudah mulai kenal dengan beberapa dan saya pun siap untuk mengunjungi salah satu pulau impian saya "Pulau LOMBOK  dan Gili-gilinya"....Berangkkaaaatt!!!!


Tiba di Bandara Udara Selaparang-Lombok, rombongan langsung menuju rumah makan "DUA-EM BERSAUDARA", di sini kami disajikan makanan khas lombok "ayam taliwang dan plecing kangkung,tempe goreng...Rasanya lumayan daripada lapar :)

Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan menuju dermaga penyebrangan, karena kami akan langsung menyebrang ke Gili trawangan, pulau tempat kami menginap nanti malam. Perjalanan cukup makan waktu lama karena jaraknya yang cukup jauh...sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang menakjubkan, apalagi ketika kami melewati panti senggigi...WOW Amazing!!


salah satu transportasi menuju gili-gili

dari dermaga menuju Gili Trawangan, kami dibagi menjadi beberapa group, ada yang naik speed boat ada juga yang naik perahu besar. Lama perjalanan, pastinya lebih cepat yang menggunakan speed Boat dibandingkan Perahu motor, Semua menggunakan life jacket untuk keselamatan. Ombak di sore hari ini cukup menggoncang perahu kami tapi, kami tetap enjoy tuh...asyik!



Di Gili Trawangan, kami menginap di Vila Ombak Hotel (hotel dengan predikat Bintang 4). Tempatnya keren, pelayanannya oke dan kamarnya mantab. Layak dapat predikat bintang 4-lah :)


 
Untuk kamar mandinya, cukup unik. Kamar mandi di-design di luar kamar dengan alam terbuka, tidak tertutup
Namanya juga di pulau kecil, tentu saja keberadaan air tawar sangatlah terbatas. Air untuk mandi ternyata adalah air asin! otomatis badan jadi lengket semua. Cuma untuk mengakali, memang ada tersedia air tawar hanya saja keluarnya sedikit sekali, air itu kami tampung di sebuah gentong yang memang sudah tersedia. dari air itulah kami mandi dan irit-irit air supaya tidak habis.


Sekitar pukul 18.00 WITA, kami menuju suatu lokasi, dimana bisa hunting sunset. Untuk mencapai ke sana kami disewakan "CIDOMO" oleh panitia. Apa sih Cidomo itu? Cidomo adalah kependekan dari Cikar Dokar Mobil, yaitu alat transportasi yang ditarik oleh kuda atau di jawa disebut dokar atau delman. Tidak sampai 10 menit, kami tiba di lokasi.

Sayangnya, karena cuacanya sedang mendung sehingga moment sunset  tidak sesuai dengan yang kami harapkan. Tadinya kami berharap dapat mengabadikan bulat merahnya matahari yang sedang turun tenggalam di lautan tapi oleh karena mendung maka hanya sinar ke-emasan di atas lautan saja. Tapi itu tidak menurunkan semangat saya untuk tetap menikmati moment sunset di Gili Trawangan, tempat yang sudah lama saya impikan untuk bisa saya kunjungi.


Malam hari-nya kami disuguhi makanan yang lumayan, meskipun taste-nya tidak begitu masuk dengan selera saya, tapi anyway tetap enak. Usai makan malam, dilanjutkan dengan workshop mengenai fotografi. Pembicaranya adalah Fotografer Mas Kelik Broto dan Mas Apri dari Majalah Tamasya.
Usai Workshop, semua peserta tidur cepat karena besok di pagi buta atau sekitar pukul 04.00 WITA kami harus bangun untuk bersiap hunting Sunrise di pulau ini. I wish, I can get that moment with perfectly!


Pukul 04.00 WITA, kami dibangunkan dan mulai bersiap untuk hunting sunrise. Beramai-ramai kami berangkat ke titik yang terbaik untuk hunting sunrise. Di depan hotel ada beberapa bule cowok yang sepertinya sedang mabuk...ha..ha...
Kami berjalan cukup lumayan tapi tidak ada sedikit pun rasa kantuk padahal kami berjalan di pagi buta dimana orang-orang masih terlelap dalam mimpinya yang indah. tapi kami dengan semangat dan ceria menapaki jalan menuju dermaga tempat kami akan hunting sunrise.

Cukup puas juga karena indahnya luar biasa...Subhanallah! tidak sia-sia saya ikut acara ini.





jalan di gili trawangan
Usai hunting sunsrise, bersama salah seorang peserta yang baru saya kenal di acara ini, kami berniat untuk berkeliling gili trawangan ini dengan menggunakan sepeda yang banyak disewakan di sekitar hotel. Tadinya saya sangsi, karena terakhir saya naik sepeda itu adalah jaman saya masih duduk di bangku sekolah dasar dan itu mungkin sekitar 25 tahun lalu....wow! bisa gak yach? awalnya agak kaku tapi selebihnya Yippppii, seru banget.

Sayangnya jalan yang kami lalui tidak semuanya mulus dan sudah diberikan cornblock. hanya sekitar kurang dari 1/2 jalan saja yang sudah disemen, selebihnya kami harus bekerja keras dan nafas ngos-ngosan menenteng sepeda di jalanan berpasir dan sepi pula...capeknya luar biasa tapi semangat kami berdua melupakan semua peluh yang sudah kami keluarkan

Kami berhenti sebentar di tempat kemarin kami hunting sunset dan AMAZING! we have a great view of white beach in this area... Subhanallah..Alhamdulliah..Allah Akbar, hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari hati saya. Tidak akan berhenti bersyukur atas keputusan saya ikut acara ini :)

Kami mengelilingi gili trawangan ini kurang lebih 2 jam...rekor untuk saya yang sudah sangat lama tidak bersepeda dan olah raga :)



Setelah makan siang kami check out dan kembali ke pulau lombok dengan menggunakan perahu yang sama dengan yang kami gunakan kemarin. Dalam perjalanan pulang ini, ombak jauh lebih besar yang menyebabkan baju beberapa peserta basah kuyup termasuk saya...ha...ha...ha...tapi seru! satu hal yang akan saya ingat apabila next trip berkunjung ke gili-gili ini adalah saya bawa jas hujan!

Jayakarta Hotel in the late of morning

Sampai di Pulau Lombok, kami menginap di Hotel Jayakarta yang berada di pantai senggigi. Sayangnya saya tidak bisa ikutan hunting sunset di sekitar hotel ini karena kondisi fisik saya lagi drop/capek sehingga saya tidur-tiduran saja dulu di kamar hotel sambil menunggu makan malam dan workshop hari ke-2.
Untuk fasilitas, kamar dan pelayanan di hotel ini juga sangat memuaskan.



Ke-esokan harinya, usai sarapan kami check out  dari hotel Jayakarta untuk kemudian singgah di beberapa tempat untuk hunting foto dan kemudian di siang harinya sekitar pukul 14.00 WITA kami harus kembali ke Jakarta.
Rombongan kami berkunjung ke salah satu desa budaya "Sade" untuk menyaksikan beberapa pertunjukan tari yang menurut panitia sangat bagus sebagai objek foto selain itu bisa hunting foto rumah-rumah suku sasak juga.

Dan benar saja, banyak objek yang bisa kami ambil untuk dapat di foto.

























 Sebelum menuju Bandara Selaparang, kami mampir di sebuah rumah makan khas ayam taliwang tapi saya lupa namanya. Di tempat inilah menurut saya makan makanan yang paling enak selama saya ikut trip ini. Pas di lidah dan pedasss..sayangnya karena waktu yang sangat terbatas membuat kami harus makan terburu-buru karena harus segera check in di bandara.

Pukul 14.00 WITA kami kembali ke Jakarta denga menggunakan pesawat Garuda. Di pesawat ini, rombongan kami tetap menimbulkan kehebohan demi kehebohan, jiwa fotografer dan narsis kami tidak dapat dihentikan. sehingga sampai dengan pulang pun, foto-fotoan tetap berjalan seru.

Semoga in the next trip saya bisa berjumpa dengan teman-teman baru saya ini dengan tujuan wisata ke tempat lainnnya. Viva Lumix Trip! Viva Tamasya...