Sabtu, 03 Maret 2012

UNFORGETTABLE DIENG PLATEAU

Perjalanan kali ini saya naik Garuda Indonesia no penerbangan GA0218 jurusan Jogjakarta. Semula direncanakan pesawat akan take off pukul 19.30 dan tiba di jogja pukul 20.35. Tapi ternyata delay selama 1 jam. Pesawat baru lepas landas pukul 20.30, kemungkinan pesawat delay kerena faktor cuaca, terbukti beberapa kali pesawat mengalami goncangan (turbulance). Pesawat tiba dengan selamat di Bandara Adi Sucipto sekitar pukul 21.30.

Dari Jogjakarta pukul 22.00 WIB langsung menuju Dieng, jalannya gelap, berkabut dan sepi. Sepanjang jalan hanya bertemu satu atau dua kendaraan saja. 
Pukul 01.30 WIB sampai juga di Dieng. Kami menginap di Losmen Bu Jono yang letaknya tidak jauh dari tempat wisata yang ada di Dieng Plateau.
Untuk sekedar tempat untuk tidur, kamar di losmen ini cukup bersih. meskipun pada kesan awalnya "agak sedikit" kumuh. 
Udara di Dieng mamang sangat dingin, meskipun saya sudah memakai berlapis baju plus baju hangat dan selimut tebal, tetap saja dinginnya menembus sampai ke kulit.

Kamar mandi di dalam kamar yang saya sewa pun cukup bersih, hanya saja air hangat yang dijanjikan ada tidak terealisasi karena tidak jalan. alat untuk sumber air panas berasal dari  menggunakan tabung gas isi 3kg. di Pagi hari, akhirnya, saya nekat mandi dengan air yang dinginnya melebihi air dari kulkas..Brrrr....dinginnya minta ampuun, untungnya setelah mandi saya disuguhi teh manis hangat yang sangat membantu menghangatkan badan kembali.

Selain saya, ada juga tamu dari mancanegara. salah satunya wanita yang saya lupa menanyakan namanya. Ybs berasal dari Belanda, datang ke Indonesia sejak 1,5 bulan lalu. sebelum ke Dieng, ybs berada di Bali bersama temannya. mereka hanya berdua saja di sini. Sama seperti saya, mereka baru datang semalam. Ybs sangat senang udara di Dieng karena katanya sama dengan udara di negaranya, hanya saja ybs agak sedikit kecewa karena hujan tidak berhenti-henti. Memang sejak semalam sampai dengan pagi harinya, hujan seperti awet turun terus. Ini juga yang membuat saya tidak jadi ikut tur yang diadakan oleh pengurus losmen ini, yaitu tur hunting sunrise di dieng plateau, kecewa sudah pasti. 


LOSMEN & RESTAURANT BU JONO
Jl Raya Dieng Km 27, Dieng Wetan, Kejajar, Wonosobo
Telp.085227389949 up.Bpk.Didik
Price: Rp.150,000/kamar + kamar mandi di dalam


Dieng adalah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah , yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo . Letaknya berada di sebelah barat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. 
Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung berapi raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari.

Dieng berasal dari bahasa sansekerta yaitu "Di" yang berarti tempat yang tinggi atau gunung dan "Hyang" yang berarti kahyangan. Dengan menggabungkan kedua kata tersebut, maka bisa diartikan bahwa "Dieng" merupakan daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.


KOMPLEKS CANDI ARJUNA

Kompleks Candi Arjuna yang merupakan salah satu candi tertua di Jawa. Di dalam kompleks ini hanya tinggal 5 candi berusia lebih dari seribu tahun yang masih berdiri dengan kokohnya. 
Candi Arjuna adalah sebuah kompleks Candi Hindu peninggalan dari abad ke 7-8

Kompleks candi ini pertama kali ditemukan oleh seorang tentara Inggris bernama Van Kinsbergen pada tahun 1814. Berbeda dengan candi-candi lain yang sebagian besar ditemukan terpendam di dalam tanah, candi-candi di dataran tinggi Dieng ini pada waktu itu terendam air rawa-rawa. Proses pengeringan dimulai lebih dari 40 tahun kemudian. 

Candi utamanya adalah Candi Arjuna, yang berhadapan dengan candi berbentuk memanjang dengan atap limasan yang sering disebut sebagai Candi Semar. 

Di sebelah kirinya berdiri berjajar Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi Puntadewa memiliki bentuk yang hampir mirip dengan Candi Arjuna, sementara Candi Srikandi dan Candi Sembadra sedikit lebih kecil dan pendek. Berdasarkan cerita penduduk sekitar, Candi Puntadewa berada di tengah-tengah Srikandi dan Sembadra sebagai penengah bagi kedua kakak beradik yang sama-sama menjadi istri dari Arjuna tersebut.

Candi Arjuna
Candi Semar
Para pengunjung dapat menikmati keindahan dan keheningan kompleks candi ini.  untuk berduaan dengan pasangannya. Saya berjalan  di tanah berumput yang mengelilingi candi sambil mengagumi keelokan alam ciptaan Tuhan dan menghirup udara segar yang hampir tidak mungkin ditemukan di Jakarta. Tanah berumput itu terasa empuk dan membal, sampai-sampai saya mau berpose sambil tiduran menikmati rumput bak kasur springbed di kamar. Ternyata, dulunya tanah di sekitar candi ini merupakan tanah rawa-rawa maka kandungan air dibawah tanah di sekeliling candi masih cukup tinggi. Sebagai akibatnya, berjalan di atas tanah itu akan terasa seolah berjalan di atas busa.

 Lingkungan sekitar candi adalah lahan pertanian yang  sudah lama digarap penduduk untuk lahan pertanian tanaman kentang, sayur-mayur, dan bunga-bungaan.


 CANDI SETYAKI 



relief di sekitar dinding candi setyaki
Tidak jauh dari lokasi ke-5 candi ini terdapat Candi Setyaki. Letaknya menyendiri di tengah-tengah tanah pertanian warga. lokasinya seperti tidak terawat karena rumput liar & tanah becek di sekitarnya menghalangi jalan saya menuju ke sana.

Info dari beberapa situs di internet, candi ini bukanlah candi sesungguhnya tapi berasal dari hasil renovasi dan beberapa bagiannya bukanlah dari bebatuan aslinya. Meskipun begitu, candi ini tetap mempesona untuk bisa diambil gambarnya


DHARMASALA



Dari pintu masuk menuju kompleks candi arjuna terdapat reruntuhan sisa bangunan Dharmasala.
Zaman dahulu, bangunan ini berfungsi sebagai tepat persiapan upacara dan menaruh perlengkapan upacara keagamaan.





Sebenarnya nama-nama candi dengan nama tokoh-tokoh wayang seperti Arjuna, Semar, Srikandi, Puntadewa, Sembadra, Bima, Gatut kaca ataupun Dwarawati adalah nama yang kemungkinan diberikan oleh masyarakat sekitar, sedangkan nama candi pada saat masih difungsikan belum dapat diketahui.


Tiket masuk obyek wisata Candi Arjuna dan Kawah Sikidang = Rp.10,000/orang

Jika ada yang membutuhkan jasa guide untuk menjelaskan mengenai wisata di kompleks candi arjuna ini dapat menghubungi : 
Bpk.AA.R.Wijaya, 
Telp No. +62(0)286-323005; Handphone : +628156603142;  +6285227009177

atau bisa juga menghubungi pengurus losmen Bu Jono, yaitu Bpk.Didik  di no hp.085227389949


TELAGA MERDADA

Telaga Merdada merupakan telaga terluas di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng kurang lebih 25 Ha dengan kedalaman 2 – 10 meter. Dahulu Telaga Merdada merupakan kawah gunung berapi yang kemudian terisi air / Kepundan. Telaga Merdada memiliki keindahan alam yang menakjubkan. Masih banyak ditemui pohon cemara di sekitar telaga merdada, juga beberapa jenis burung.
View menuju telaga merdada

Pada saat saya mengunjungi telaga ini, pengunjungnya tidak seramai  di Telaga Warna, tapi itu malah saya syukuri karena saya dapat menikmati kesunyian dan keindahan telaga ini tanpa hiruk pikuk dari orang yang berlalu-lalang.




Pada beberapa tempat terdapat Pohon Buah Carica, bentuknya semacam buah pepaya (mungkin masih masuk keluarga buah pepaya). Carica adalah tanaman khas yang hanya tumbuh di Dieng. Buah ini oleh penduduk dibuat menjadi manisan atau pun kripik yang kemudian dijual sebagai oleh-oleh khas dari kota Dieng-Wonosobo.



TELAGA WARNA

     Masuk melalui pintu gerbang utama, kita akan disambut oleh jalan setapak  dengan paving block, hutan rimbun di kanan kiri. Berujung di sebuah pertigaan, Telaga Warna terhampar di depan mata. Air kehijauan di dalamnya terlihat tenang, tidak beriak sama sekali. Kicauan burung liar dan rimbunnya hutan lindung yang tetap terjaga menghadirkan suasana damai yang menenteramkan hati.



      Telaga warna yang ada dibayangan saya ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Warna telaga hanyalah hijau  pucat dan beberapa bagian agak coklat kekuningan, kemungkinan akibat hujan yang mengguyur sejak kemarin harinya. Warna telaga hampir sama dengan kawah putih di Ciwidey karena kemungkinan sama juga mengandung belerang.

Meskipun begitu, objek wisata ini tetap memberikan pesonanya tersendiri, salah satunya adalah dengan menghadirkan beberapa Goa yang masih banyak dipakai orang untuk meditasi.



Goa Semar, Pengunjung bisa langsung mengetahui goa itu karena ada arca Semar di depan mulut goa-nya. Semar adalah salah satu punakawan yang dianggap paling bijaksana. Di namai Semar karena penduduk setempat percaya bila goa ini dijaga oleh Eyang Semar. Banyak yang bersemedi di goa ini, dengan tujuan menginginkan keselamatan.

     Goa Sumur, Tidak jauh dari Goa Semar ada Goa Sumur, di depannya ada arca wanita dengan membawa kendi. Goa ini memang memiliki kolam kecil yang airnya konon katanya bertuah. Banyak yang percaya air di Goa Sumur ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik.

     Goa Jaran, dinamakan Goa Jaran atau yang bisa diartikan Goa Kuda karena dulu katanya adalah tempat pertapaan Resi Kendaliseto, suatu saat ketika hujan deras, ada seekor kuda yang berteduh di dalamnya. Anehnya ketika kuda itu keluar dari lubang goa keesokan harinya kuda itu telah berbadan dua alias hamil. Sebagian masyarakat percaya bila gua ini bisa digunakan untuk semedi para wanita yang sulit mendapatkan keturunan.

Tidak jauh dari jalan menuju Goa-goa tersebut terdapat sebuah telaga bernama  Telaga Pengilon. Sayangnya jalan menuju telaga ini seperti tidak terawat, tidak nampak jalan untuk menuju ke sana, sehingga saya tidak berani jalan ke sana karena takut masih terdapat ular ataupun kejeblos di telaga itu sendiri. Sangat sayang kalau tidak cepat diperbaiki.


Tiket masuk obyek wisata Telaga Warna = Rp.6,000/orang


KAWAH SIKIDANG

Sikidang adalah kawah  yang paling populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Dari karakter inilah namanya berasal karena penduduk setempat melihatnya berpindah-pindah seperti kijang (kidang dalam bahasa Jawa).

Kawah Sikidang

Sejauh mata memandang, hanya hamparan tanah tandus dikelilingi perbukitan dengan kolam yang terus menerus mengepulkan asap nun jauh di ujung sana. Beberapa meter dari pintu masuk terdapat sebuah papan peringatan agar Anda berhati-hati dalam melangkah, serta larangan menyalakan api dan membuang puntung rokok.

Berjalan di kawah ini memang tidak boleh sembarangan. Saya pun harus melompat-lompat dan mencari tanah yang kering untuk menjejakkan kaki. Lubang-lubang bekas kawah terdapat dimana- mana. Di beberapa tempat terlihat tanah basah dengan air yang bergolak mendidih. Tanah-tanah ini berbahaya bila dipijak karena sangat rapuh dan mudah longsor. Bau belerang terasa sangat menyengat.

Di ujung kompleks wisata ini, Kawah Sikidang bertahta. Sebuah kolam besar dengan air bercampur lumpur berwarna abu-abu yang terus menggelegak. Ujung kolam tidak terlihat karena pekatnya asap putih yang mengepul. Konon air dan lumpur ini memiliki suhu 98 derajat celcius, dan bahkan mungkin lebih. Pagar bambu dibangun mengelilingi kawah demi keselamatan para pengunjung.

Untuk tiket masuk objek wisata ini sudah termasuk ke dalam tiket masuk ke objek wisata candi arjuna, candi bima  jadi tiketnya jangan sampai hilang ya karena pasti akan disuruh bayar lagi 


CANDI BIMA


Candi Bima terletak paling selatan di kompleks Percandian Dieng.  Pintu masuk berada di sisi timur. Candi ini cukup unik dibanding dengan candi-candi lain, baik di Dieng maupun di Indonesia pada umumnya, karena dilihat dari segi arsitektur, candi Bima mendapat pengaruh gaya dari India Utara, yaitu terdiri dari tiga tingkatan mendatar.

Candi ini menghadap ke timur dengan denah candi berbentuk palang, yang menarik dari candi ini adalah pada bagian atapnya yang sangat mirip bentuk shikara dan berbentuk seperti mangkuk yang ditangkupkan, selain itu pada bidang-bidang tingkatnya dihiasi dengan relung-relung yang melengkung.
Candi Bima adalah sebuah candi yang terbesar di dataran tinggi dieng dengan ketinggian 8 meter dan berukuran 6 x 6 meter. Candi Bima terletak didekat pintu masuk kawasan kawah sikidang.

Pada candi ini memiliki arca kudu, yaitu sebuah arca yang berbentuk kepala manusia yang terletak di bilik jendela. Arca kudu ini seberat 15 Kg dengan ketinggian 24 Cm, Lebar 20 Cm dan tebal 27 Cm. Sayangnya beberapa sudah menghilang.
Seperti halnya peninggalan bersejarah ataupun objek wisata lainnya, ada saja tangan-tangan jahil yang mebuat objek wisata menjadi rusak, seperti di beberapa bagian candi ini, selain beberapa arca yang menghilang, terjadi juga aksi vandalisme, yang mencoret-coret beberapa bagian dari candi ini.




KULINER KHAS WONOSOBO
 
Berbicara mengenai  kuliner, maka tidak sah katanya kalau tidak membeli oleh-oleh makanan khas Dieng atau pun Wonosobo. Tidak sah juga kalau tidak mencoba "Mie Ongklok", makanan khas dari kota Wonosobo.

Apa sih Mie Ongklok itu?

Mie Ongklok adalah perpaduan antara mie kuning, kol dan kucai mentah, kuah kental berwarna cokelat dengan resep rahasia. Jika biasanya mie harus direbus terlebih dahulu, maka untuk menyajikan mie ongklok, mie bersama kol dan kucai mentah cukup dimasukkan ke dalam semacam saringan dari bambu dan di "ongklok-ongklok" atau dicelupkan berkali-kali ke dalam air mendidih. Itulah makanya Mie ini disebut Mie Ongklok.
Sebagai lauk tambahan untuk menikmati mie ongklok ini adalah Goreng tempe kemul khas wonosobo dan sate sapi. Sebuah perpaduan kuliner yang dijamin akan membuat lidah lumer merasakan kelezatannya.


Dimana sih bisa makan Mie Ongklok yang enak itu?

Baik saya maupun beberapa kenalan yang sudah pernah datang ke kota Wonosobo, tempat yang enak untuk menikmati mie ongklok ini adalah di :

MIE ONGKLOK LONGKRANG
Jl. Pasukan Ronggolawe No. 14 Wonosobo

Letak warung ini dari arah Dieng adalah di sebelah kanan jalan satu arah, sebelum alun-alun kota Wonosobo

Selain makan Mie Ongklok, maka yang harus dipenuhi selanjutnya adalah membeli oleh-oleh makanan khas daerah Wonosobo.


Saya mampir di salah satu toko oleh-oleh yang terdapat di kota Wonosobo.

Di Toko ini dijual beberapa produk makanan yang berasal dari jamur dengan berbagai macam jamur dan rasa, ada olahan dari buah Carica (buah khas Dieng) yang dibuat menjadi manisan bahkan menjadi semacam keripik. Ada juga teh yang dihasilkan dari perkebunan di sekitar Dieng, juga ada Teh Purwaceng (Purwaceng adalah alah satu tanaman obat tradisional yang dikenal berkhasiat sebagai obat perkasa kaum lelaki)

CENDAWAN MAS PERKASA
(Pusat oleh-oleh khas wonosobo)
Jl.Angkatan 45 No.13
Telepon : 0286-5805557



Akhirnya, selesai sudah jalan-jalan saya di Dieng Plateau dengan Sejuta Kenangan. Indonesia memang kaya, Indonesia memang Indah. Tuhan tidak akan sia-sia memberikan sejuta Keindahan ini, tinggal kita sebagai bangsa yang diberikan mau dan mampu mengelola dengan baik.

That's my Unforgettable Journey at Dieng Plateau.....
I hope I can back to that place again and again and again....
I wish.....